Bergembira bersama di Rafting Kali Elo


Created At : 2019-05-22 00:00:00 Oleh : ANASTASIA TITISARI WIDYASTUTI Informasi Publik Dibaca : 465



KOTA MUNGKID, Pagi itu suasana Kampung Ulu Resort di Jalan Mayor Kusen, Pabelan Satu, Mungkid, Kabupaten Magelang tampak ramai. Di halaman yang luas banyak diparkir mobil, dengan plat nomor yang cukip banyak dri luar Kabupaten Magelang.

Ya, pagi itu berlangsung kegiatan untuk mengajak masyarakat gemar makan ikan dan dilanjutkan penebaran benih ikan di Sungai Elo. Kegiatan yang dilaksanakan Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Magelang ini melibatkan masyarakat umum, pelajar, dan yang menarik adalah wartawan.

Maklum saja, Pemkab Magelang memang sedang punya gawe besar memperingati 35 tahun pindahnya ibu kota dari Magelang menuju Sawitan yang sekarang dikenal sebagai Kota Mungkid.

Bupati Magelang Zaenal Arifin SIP dalam rangkaian peringatan kepindahan ibu kota ini juga sekaligus berkenan menjadi tuan rumah Hari Pers Nasional yang diselenggarakan bersama Persatuan Wartawan Indonesia Provinsi Jateng dan Kabupaten Magelang. Maka, penebaran bibit dan gerakan makan ikan itu juga mengajak para wartawan. Bukan it saja, yang menarik penebaran ikan dilakukan dengan cara sambil naik perahu karet menyusur jeram-jeram Sungai Elo.

 

21 Perahu Karet

Dinas Peternakan dan Perikanan menyediakan 21 perahu karet untuk para pejabat, di antaranya Penjabat Sekda Endra Endah Wacana, Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Sri Hartini, dan masyarakat lainnya. Sayangnya hanya empat wartawan yang mengikuti kegiatan tersebut, termasuk di dalamnya penulis.

Setelah mengikuti upacara Gerakan gemar Makan Ikan, para peserta rafting atau arung jeram segera siap naik mobil angkutan yang disediakan. Di atas mobil terdapat perahu karet yang akan kami naiki. Mobil pun melaju menuju Blondo, rute awal petualangan menyusuri jeram Sungai Elo.

Perahu sudah dipompa, dan diterjunkan ke air. Kami pun melompat naik perahu, dan memegang dayung. Sebelumnya, tentu saja dengan arahan pemandu, Landung, kami semua mengenakan pelampung. “Jangan khawatir, perjalanan sangat aman dan pelampung ini bisa menahan beban sampai 100 kilogram bila pemakainya tercebur sungai,” kata pemuda ceria dan bersahabat ini.

Petualangan menempuh jarak sekitar 12,5 km dari aliran Elo di Blondo menuju finis di Mendut. Sebuah petualangan yang sifatnya fun, santai. Meski sebelumnya sempat khawatir, maklum banyak penumpang perahu yang tak bsia berenang. Namun nyatanya, perjalanan sangat menyenangkan. Dayungan yang kompak menjadikan perahu melaju.

Memang, sesekali menabrak batu di tengah sungai atau tebing pinggir kali. Dan, Landung pun memberi aba-aba, “Dayung ke depan ke depan..... ganti dayung ke belakang belakang....” Akhirnya perahu pun melaju kembali.

Ngerjain Teman

Sungai Elo memang sangat aman untuk rafting, apalagi saat itu air juga tidak sedang banjir. Bahwa ada sedikit ketegangan saat melintai jeram-jeram, itulah yang mengasyikkan. Sembari mendayung perahu, kami pun menebar bibit ikan beong yang endemik Progo-Elo, juga nila dan nilem.

Bermain harus basah. Maka, kami pun saling ngerjain teman di perahu lain. Sembari mendayung, air diciprat-cipratkan ke perahu di dekatnya. Walhasil, penumpang pun menjerit-jerit karena kebasahan. Ini yang kemudian memancing mereka untuk membalas. Dan, bagai anak kecil, kami pun saling menciprat berperang air. Kami tidak memandang itu siapa. Ada pejabat, ada guru, pegawai, dan semuanya riang berciprat-cipratan.

Di tengah pengarungan sungai ini, kami melihat beberapa orang yang sedang memancing. Ada yang mendapatkan ikan nila, nilem, bahkan beong yang makin menyusut jumlahnya di alam. Sesekali juga tampak biawak yang tengah melata di lereng-lereng tebing sungai. Bahkan ada juga dua pemburu biawak yang sedang mencari mangsa.

Sayang memang, biawak yang semakin langka itu tetap diburu untuk diambil dagingnya. Dan menyedihkannya lagi, tebing-tebing di pinggiran sungai juga makin rusak. Ada pohon yang tumbang, kemudian bangunan-bangunan yang beridir di aliran sungai tentu menjadikan lingkungan terganggu dan menuju kepada kerusakan.

Perahu terus melaju, saat melintasi jeram memang tak perlu mendayung. Namun kecermatan dibutuhkan, karena kalau sial perahu bisa terbalik. Atau bahkan penumpangnya tersangkut batang pohon atau bambu yang melintang di aliran sungai.

Rest Area Kelapa Muda

Setelah menempuh setengah perjalanan, seluruh perahu pun berhenti, penumpangnya turun untuk menikmati air kelapa muda yang segar dan kudapan khas yang disediakan. Sekitar setengah jam istirahat, pengarungan sngai pun dilanjutkan. Dengan tenaga baru, dayung dikayuh lebih keras, terlebih pada aliran sungai yang tenang tak berjeram.

Pemandangan indah di kiri-kanan, sesekali ada jembatan di atasnya, dan kami melihat mobil, motor, dan orang lalu-lalang sambil meambaikan tangan. Aneh kami rasakan, tak ada kelelahan atau rasa capek. Padahal tangan terus menggerakkan dayung. Sesekali kami menceburkan diri, untuk melakukan simulasi pertolongan bagi penumpan yang terlempar. Asyik, menegangkan, tetapi tetap fun penuh canda ria.

“Alah, paling cuma mau bang air kecil, pura-puranya mencebur ke sungai,” teriak penumpang perahu lain. Ya, memang di perjalanan tak ada toilet. Kalau mau pipis, tinggal terjung saja, dan celana terasa hangat. Seperti kalau kita pipis di kolam renang.... hahahaha.

Sekitar tiga jam mengarungi Sungai Elo, kami sampai  di perhentian tak jauh dari Candi Mendut. Dayung diserahkan kepada pengelola perahu rafting, kami kembali naik mobil angkutan kembali ke Kampung Ulu. Di sana sudah tersedia makan siang nasi hangat, sayur lodeh, dan ikan nila bakar..... Ohhhh nikmatnya.

Sebuah kenangan tercipta di Sungai Elo. Petualangan kecil di slaah satu atraksi wisata di Kabupaten Magelang. Berbasah-basah berciprat-cipratan menyenangkan. Dan, tubuh serta jiwa menjadi segar kembali. Ayo wisata ke Kabupaten Magelang.....

Wawasan.co

GALERI FOTO

Agenda

Tidak ada acara