Tiga Mata Tombak di Jantung Jawa Tengah


Created At : 2018-10-05 00:00:00 Oleh : ANASTASIA TITISARI WIDYASTUTI Artikel Dibaca : 717

    Back to nature adalah slogan yang paling banyak digaungkan dalam satu dekade terakhir, entah ini untuk kampanye kelestarian alam, kampanye hidup sehat, atau kampanye untuk gaya hidup yang lebih harmoni bersanding dengan alam. Dalam dunia pariwisata nasional Indonesia, meskipun tidak ada secara khusus slogan yang meneriakkan motto kembali ke alam, namun hakikatnya hampir 80% arus perubahan dan fokus minat wisata tanah air berorientasi pada alam dan segala ‘hidangan’ yang telah ia sediakan. Ada banyak trigger yang membuat trend ini menjadi sebuah gaya hidup yang lebih nasional, keakraban generasi milenieal untuk selalu menampilkan aktualisasi diri yang sempurna dengan berlatar belakang alam raya adalah satu diantaranya. Sehingga tidak mengherankan kemudian kita menyaksikan sendiri, untuk mengakomodasi minat yang membludak ini, bermunculanlah berbagai macam bentuk kreasi di berbagai daerah, tempat-tempat bernuansa alam raya yang diekplore dan dijadikan spot terbaru penarik minat para wisata.

    Geliat pariwisata dengan konsep basic from nature tidak hanya terjadi di pulau Jawa, yang memang pada dasarnya merupakan poros utama arus modernisasi Indonesia. Akan tetapi, ‘wabah berwisata alam’ ini meluas hampir ke semua pelosok negeri, dari Sabang hingga Merauke, dari Miangas hingga pulau Rote. Kemajuan sosial media yang demikian pesat juga membantu kita untuk dapat dengan mudah mengakses tempat-tempat wisata tersebut, melihat profilnya, mengintip keindahan andalannya, dan juga jika telah siap, tentu saja mengunjunginya secara langsung.


    Sebagai salah satu bagian ‘emas’ dari Indonesia (dalam segi pariwisata), Kabupaten Magelang tentu sangat berbahagia dengan adanya gelombang back to nature seperti ini. Kabupaten Magelang kaya dan sangat lengkap untuk menjadi sebuah tujuan menarik dalam pencarian tempat wisata yang mampu menyajikan konsep alam raya yang indah dan memukau. Hampir disetiap jengkal tanah Kabupaten Magelang memiliki nilai-nilai indah untuk ditelusuri, memiliki catatan historikal yang sangat menyentuh hati untuk dapat kita pelajari. Hanya saja beberapa diantaranya, memang masih membutuhkan beberapa ‘sentuhan’ supaya dapat tampil sempurna dan mampu menjadi sebuah magnet yang kuat bagi wisatawan. Bukan emas permata, bukan pula gunung intan raksasa, namun salah satu kekayaan terbesar dari Kabupaten Magelang adalah wisatanya, sebuah warisan dengan paket lengkap dan mewah yang telah disediakan oleh alam raya untuk dapat didayagunakan dengan seutuhnya.

    Setidaknya ada tiga ujung tombak yang dapat diberdayakan Kabupaten Magelang untuk memaksimalkan potensi pariwisatanya. Tiga ujung tombak ini adalah tiga serangkai yang memiliki kekuatan mengikat satu sama lain, memiliki kekuatan yang jika dipadukan, akan menjadi sebuah united power yang sangat ampuh. Dan kabar baiknya lagi, kekuatan ini tersebar hampir diseluruh Kabupaten Magelang secara merata, sehingga jika kemudian semuanya dikelola dengan sempurna, akan tampil menjelma menjadi sebuah destinasi yang memiliki daya saing dan daya pikat yang tidak dapat ditolak oleh siapapun yang telah melihatnya.

    Tiga ujung mata tombak yang dimaksud tersebut adalah wisata sejarah atau historis (historical tourism), wisata alam (natural tourism) dan wisata kebudayaan dan adat istiadat (cultural tourism). Bukan sesuatu hal yang sulit bagi kita kemudian untuk mengenali dan mengidentifikasi persebaran tiga mata tombak itu di seantero Kabupaten Magelang. Kabupaten Magelang menjadi jantung utama dari propinsi Jawa Tengah yang memiliki value utama tiga mata tombak yang sangat efektif dalam pariwisata. Dan untuk membuat tiga mata tombak trisula Kabupaten Magelang tersebut dapat menusuk tepat ke titik central sasaran, kita hanya perlu mengasahnya dengan baik dan penuh kesungguhan.

Wisata Sejarah (Historical Tourism)

    Salah satu kekuatan utama Kabupaten Magelang, bahkan Jawa Tengah, bahkan Indonesia secara nasional adalah keberadaan Candi Borobudur yang ada didalamnya. Candi Borobudur tidak hanya menjadi daya pikat bagi wilayah Kabupetan Magelang secara khusus, namun sejak lama candi budha terbesar di dunia ini telah menjadi salah satu ikon pariwisata nasional yang memukau. Secara umum mungkin pengelolaan wisata Candi Borobudur sudah masuk pada kategori yang sempurna, segala sesuatu yang berisi daya tariknya telah dieksplore sedemikian rupa untuk menarik minat wisatawan domestik dan mancanegara.

    Namun candi borobudur ternyata bukanlah destinasi sejarah satu-satunya yang ada di Kabupaten Magelang, masih ada puluhan candi lain yang tersebar di wilayah Kabupaten Magelang dengan daya tarik tersendiri yang mereka miliki. Keberadaan Candi Pawon, Candi Selogriyo, Candi Asu, Candi Mendut, Candi Gunung Wukir, Candi Ngawen, Candi Umbul dan lain-lain adalah daftar panjang yang dimiliki Kabupaten Magelang terkait dengan wisata sejarah, khususnya yang berasal dari jaman lampau. Selain candi yang demikian banyaknya, Kabupaten Magelang diperkaya lagi dengan banyak sumber wisata sejarah yang sifatnya lebih modern (berasal dari sejarah yang lebih aktual dibanding candi). Gereja Ayam di Bukit Menoreh berkisah tentang bagaimana harmonisasi keindahan arsitektur yang unik berpadu dengan perbukitan menoreh yang asri. Kemudian ada Museum Sudirman yang bercerita tentang salah satu panglima perang berpengaruh dalam sejarah Indonesia, lalu Museum Diponegoro yang juga melukiskan dengan utuh bagaimana seorang pangeran tanah Jawa menjadi inspirator terbesar dalam pertempuran suci membela nusantara. Ada lagi Museum Bumiputera 1912 yang berkisah tentang sejarah asuransi Indonesia, Museum OHD yang melagukan seni komtemporer karya seniman Dr. Oie Hong Djien (OHD), Museum Kapal Samudra Raksa dan yang lainnya.

    Wisata sejarah yang dihadirkan di wilayah Kabupaten Magelang sangat lengkap, beragam dan bernilai tinggi. Dan penekanan untuk membuat sebuah objek wisata sejarah yang memiliki daya pikat bagi wisatawan tentu menjadi pekerjaan rumah bagi kita bersama. Wisata sejarah tidak hanya menghadirkan relaksasi akan nilai-nilai yang telah berlalu, namun juga menjadi sebuah papan proyektor yang mampu menampilkan pelajaran-pelajaran yang pada perkembangannya akan mampu memberi dampak signifikan bagi orientasi pertumbuhan generasi muda.

    Sebuah destinasi wisata yang berbasis historikal, baik itu berupa tempat, budaya, tradisi, adat istiadat dan lain sebagainya, adalah pilar-pilar keluhuran yang mencerminkan pribadi bangsa secara keseluruhan. Ada sedikit kekhawatiran kemudian ketika kita melihat bagaimana minat masyarakat terhadap hal ini kian menipis. Objek wisata sejarah seperti Candi Borobudur mungkin tidak terlalu mengkawatirkan hal ini, pengunjungnya masih banjir setiap tahun. Namun ketika menyoroti melalui lensa yang lebih luas, kita akan menemukan bahwa kekayaan luhur yang terimplementasikan dalam objek wisata sejarah yang lain, tidak begitu mendapat tempat dimasyarakat.



·      



Wisata Alam (Natural Tourism)


    Kombinasi harmonis landskap Kabupaten Magelang adalah sesuatu yang amat sangat tinggi nilainya. Beberapa tempat diantaranya telah menjadi kiblat utama arus wisata modern yang menyediakan banyak solusi eksistensi bagi generasi mileneal. Dengan segala perpaduan yang demikian memukau ini, maka rasanya tidak berlebihan untuk mengatakan jika bagian penting dari kekuatan utama industri pariwisata Kabupaten Magelang tedapat pada keindahan alamnya. Jadi pada sebuah fase dan skala yang tepat, kita mungkin dapat mengatakan bahwa slogan back to nature yang lagi booming itu, artinya adalah back to Magelang, atau kembali ke Magelang.     

              Kabupaten Magelang berdiri dalam pekarangan yang berpagar gunung-gunung indah, dihiasi oleh barisan bukit yang menawan, dibentangi oleh bidang persawahan yang lembut, dan berkombinasi dalam keramahan penduduk yang sangat humanis. Karunia terbesar dari Allah SWT kepada Kabupaten Magelang tentu adalah bentang alamnya yang sangat rupawan ini. Tentu saja menjadi tugas bersama kemudian, bagaimana maya pada yang jelita ini dapat memberi manfaat yang maksimal kepada orang-orang yang mendiaminya. Dan pada sisi yang lain tanpa harus merusak dan menghancurkan orisinalitas yang ada didalamnya.

    Gunung Merapi bersanding dengan Gunung Merbabu menjadi pagar dibagian timur, Gunung Sumbing menjadi paku dibagian barat laut, Gunung Andong yang hits ada dibagian timur laut, sementara garis lengkung indah Bukit Menoreh seolah menjadi busur panah yang ada ditengah-tengah. Karena gunung adalah satu destinasi yang paling banyak dikunjungi pada kurun empat tahun terakhir, maka Kabupaten Magelang dapat memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Kabupaten Magelang memiliki jalur pendakian Babadan untuk Gunung Merapi, memiliki jalur pendakian Grenden, Suwanting dan Wekas untuk Gunung Merbabu, memiliki jalur pendakian Butuh dan Mangli untuk Gunung Sumbing, dan juga memiliki jalur Sawit untuk pendakian Gunung Andong. Semua potensi ini jika dikelola sebaik mungkin akan mampu menghadirkan sebuah penawaran yang sangat menarik bagi wisata hiking dan mendaki gunung bagi Kabupaten Magelang.

    Selain pendakian gunung, Kabupaten Magelang masih memiliki begitu banyak destinasi wisata yang menawarkan panorama dan keindahan alam. Ketep Pas menyuguhkan panorama ketinggian berlatar kaki Merapi Merbabu yang megah, Top Selfie Kragilan menyajikan pilihan nuansa foto-foto yang sangat instagramable, diatasnya ada Bumi Wisata Grenden yang sedang bersolek. Lalu ada lagi Punthuk Setumbu di Bukit Menoreh yang menyegarkan mata dengan sunrisenya yang eksotis, ada Punthuk Sukmojoyo, ada Gunung Giyanti, ada Taman Panca Arga, Curug Silawe, Sunrise Purwosari Hill dan sebagainya. Sementara bagi wisatawan yang menyukai wisata air dengan background alam yang asri dapat mengunjungi Air Terjun Kedung Kayang, Air Terjun Sekar Langit, Air Terjun Grenjengan Kembar, Curug Silawe, Curug Lawang Kori, Telaga Bleder, Kolam Renang Tirto Aji, dan juga Kali Elo untuk yang suka mengadu adrenalin dengan berarung jeram.

    Semua eksotisme yang telah disediakan oleh alam Kabupaten Magelang ini menjadi sebuah magnet kuat untuk menyedot perhatian wisatawan, baik internal masyarakat kabupaten Magelang, domestik maupun manca negara. Penajaman pada sektor-sektor wisata yang berbasiskan alam akan mampu menghadirkan jenis pariwisata yang sehat, berkelas dan juga pada sisi yang lain adalah low cost dengan high impact. Manfaat tumbuh suburnya pariwisata alam yang umumnya berada di bagian-bagian wilayah kabupaten yang tersebar, akan dirasa manfaatnya tidak hanya oleh pengelola wisata, namun juga oleh masyarakat yang ada disekitarnya.


·         Wisata Budaya (Cultural Tourism)

    Seperti halnya wisata sejarah, wisata budaya pada hakikatnya adalah menyimak dan menengok kembali nilai-nilai luhur yang ada dalam suatu tatanan masyarakat. Magelang sebagai salah satu kabupaten di Jawa Tengah yang berakar pada kebudayaan jawa yang orisinil, tentu saja memiliki sederet panjang aneka kebudayaan menarik untuk dikembangkan sebagai sebuah potensi wisata. Banyaknya budaya yang tersebar di wilayah Kabupaten Magelang, baik itu berintegrasi dalam kesenian, kerajinan, adat istiadat maupun kondisi sosial masyarakat menjadi sebuah komposisi yang sempurna untuk menjadikan Kabupaten Magelang sebagai salah satu destinasi budaya dengan tingkat keragaman yang tinggi.

    Pada banyak tempat, wisata budaya kadang memang merupakan sebuah event musiman yang memiliki waktu-waktu yang khusus untuk ditampilkan. Di Kabupaten Magelang, potensi wisata jenis ini mungkin dapat terjadi sepanjang waktu. Dengan banyaknya keragaman potensi wisata budaya yang ada di seantero masyarakat Kabupaten Magelang, event-event yang dikemas dalam sebuah wisata budaya bahkan dapat dilakukan secara rutin sepanjang tahun kalender. Hal ini tentu menjadi sebuah daya tarik tersendiri bagi wisatawan yang mengunjungi Kabupaten Magelang, disela-sela ia menikmati suguhan wisata alam, wisata sejarah, wisata kuliner dan lainnya, maka ia juga berkesempatan untuk melihat secara langsung sebuah magnet lain dari Kabupaten Magelang berupa wisata budaya yang sarat akan nilai luhur dan pembelajaran seni tinggi yang disuguhkan oleh masyarakat pribumi Kabupaten Magelang.

    Kombinasi antara wisata budaya, wisata alam, dan wisata sejarah yang ada di Kabupaten Magelang akan melahirkan sebuah komposisi sempurna untuk menjadi pilihan utama para pengunjung. Ada begitu banyak nilai yang dapat dipetik oleh para wisatawan selain hanya memanjakan mata mereka semata nantinya. Kabar menggembirakan lainnya tentang wisata budaya di Magelang adalah kreatifitas masyarakat dan pihak penyelenggara wisata yang menyebar hampir di seluruh Kabupaten Magelang. Borobudur memang menjadi magnet dan altar paling kuat dan sering dalam menampilkan aksi dan antraksi wisata budaya di Kabupaten Magelang. Namun Borobudur tentu bukan satu-satunya, ada festival kirab budaya di Kecamatan Dukun, ada festival kuliner durian di Candimulyo, ada festival gunung, ada festival sungai, ada festival telaga, dan masih banyak yang lainnya, yang memiliki kaitan erat dengan nilai budaya dan kultur luhur masyarakat di Kabupaten Magelang.

MENYEMAI BENIH DI MATA TOMBAK
    Pertumbuhan minat akan aktivitas pariwisata yang demikian pesat dan kompetitif di Indonesia telah menjadi stimulan tersediri bagi masing-masing daerah untuk menggali potensi-potensi yang mereka miliki dan kemudian memolesnya sedemikian rupa. Maka tidak mengherankan kemudian bermunculan tempat-tempat wisata baru dengan berbagai macam spesialisasi penawaran untuk masyarakat. Ada daerah yang memaksimalkan daya jual dari panorama alam raya mereka, ada yang memajang segala bentuk aktivitas kebudayaan (seni, kerajinan, event, kuliner) dan kearifan lokal, ada juga yang memprioritaskan pada kegiatan bernilai yang dapat dilakukan didalamnya (seperti mendaki gunung, hiking, berarung jeram, tubbing, dan lain-lain), dan ada pula yang memadukan semua daya tarik diatas untuk disulam menjadi sebuah paket yang harmonis.

    Di Kabupaten Magelang sendiri, segala bentuk kreatifitas ini menemukan momentnya pada akhir-akahir ini. Kemunculan berbagai tempat wisata baru yang ngehits di seantero Kabupaten Magelang adalah bukti bahwa masyarakat dan individu tertentu mulai bertanya kepada diri mereka sendiri mengenai “apa yang bisa dilakukan untuk memanfaatkan gelombang minat wisata yang luar biasa ini?”. Pada perkembangannya, pertanyaan ini kemudian menetaskan ide-ide segar untuk dieksekusi. Walaupun memang ada beberapa ide mengenai wisata ini dapat dikatakan ‘kadaluwarsa’ karena hanya berisi jiplakan dan tiruan yang minus akan inspirasi kreatifitas baru yang lebih segar. 

    Saya mencatat ada dua buah ide segar yang layak untuk diperhatikan terkait dengan potensi wisata baru yang dapat diterbitkan untuk memperkaya keragaman pariwisata yang ditawarkan oleh Kabupaten Magelang. Meskipun kedua ide ini berasal dari Kecamatan Dukun, bukan berarti kecamatan lain tidak memiliki ide lain yang mungkin saja juga dapat direalisasikan sebagai iklim baru dalam dunia pariwisata di Kabupaten Magelang. Berikut akan dikupas sedikit mengenai profil dua benih baru tersebut, dan semoga saja artikel ini dapat membantu Dinas Pariwisata Kabupaten Magelang untuk dapat meninjau keduanya, dan jika memang dipandang layak, dapat memberi support terbaik supaya kedua ide tersebut dapat tumbuh subur dan berkembang, menjadi ujung tombak bagi pariwisata Magelang yang kian cemerlang.


         Wisata Riset Desa Sumber

Live In adalah nama sebuah program yang diselenggarakan oleh sekolah-sekolah bonafit (selama ini umumnya berasal dari Jabodetabek) untuk membiarkan anak didik mereka untuk mempelajari segala sesuatu tentang masyarakat pedesaan dengan tinggal bersama penduduk dalam kurun waktu tertentu. Program ini sangat positif, ia mengajarkan siswa yang terkurung oleh kepungan teknologi yang serba modern, untuk dapat kembali melihat, memahami dan mempelajari kembali kehidupan masyarakat pedesaan yang sederhana dan penuh dengan nilai luhur kesahajaan. Dalam program ini siswa dapat melihat aktivitas penduduk dari bangun tidur hingga tidur lagi. Bagaimana penduduk desa yang bersahaja dan sederhana hidup harmonis dalam lingkungan sosial mereka, bagaimana penduduk desa bercocok tanam menghidupi anak-anak mereka, dan bagaimana pula keragaman yang ada, tidak pernah menjadi sebuah rintangan dan jarak bagi penduduk desa untuk berinteraksi, tenggang rasa dan membudayakan tolong menolong.


Salah satu kampung di Kabupaten Magelang yang kerapkali (sudah beberapa kali) mendapat kunjungan program Live In ini adalah Desa Sumber di Kecamatan Dukun. Desa Sumber dengan segala kekayaan yang ada didalamnya (budaya, sosial, keragaman, seni, lokasi, kerajinan, dll) dianggap memiliki potensi yang layak untuk dapat mengakomodasi tercapainya tujuan dari program Live In. Para pelajar dari sekolah-sekolah penyelenggara Live In ditempatkan di Desa Sumber, diajarkan dan ditunjukkan kehidupan sederhana masyarakat desa yang original, tanpa dibuat-buat. Survey memberikan testimoni akan efektivitas program ini; hampir diatas 80% siswa yang mengikuti program Live In dengan baik, menunjukkan pola perubahan prilaku yang lebih humanis dengan kepekaan sosial lebih yang meningkat. Dan pada zaman modernitas digital seperti sekarang, tentu humanisme dan kepekaan sosial adalah sesuatu yang mahal harganya dan memang patut untuk diperjuangkan bukan?

Sukses dengan program Live In, Desa Sumber sekarang sedang mempersiapkan sebuah penawaran lagi yang lebih pro aktif terkait pariwisata. Belum ada nama yang disematkan secara spesifik untuk ide ini, namun secara umum dapat dikatakan ini adalah sebuah ide untuk mengenalkan kembali atau re-introduction Indonesia kepada generasi muda (khususnya pelajar) yang pada tahun-tahun terakhir nampaknya memang menunjukkan ketergerusan akan nilai-nilai luhur tradisionalitas akar budaya nusantara. Para pelajar dari sekolah-sekolah tertentu akan diperkenalkan kembali akar budaya Indonesia (khususnya tanah Jawa), baik berupa kebudayaannya, seninya, kehidupan sehari-harinya, harmonisasi dan sikap tenggang rasanya, toleransi dan gotong royongnya, dan berbagai nilai-nilai positif lainnya.


Jika demikian, ide ini tak lebih dari continuetas dari program Live In? Tentu tidak, differensiasi utama dari ide ini nantinya adalah mengakomodasi wisata berbasis riset dan penelitian bagi pelajar sekolah Indonesia (khususnya setingkat SMA dan SMP) yang polanya disesuaikan dengan kurikulum pembelajaran K13 saat ini. Anak didik yang selama ini diberi tugas oleh gurunya untuk meneliti daur hidup katak, capung, kupu-kupu, puteri malu (untuk contoh sederhana ilmu biologi), atau untuk meneliti kehidupan para petani penghasil padi (contoh sederhana ilmu sosial), atau untuk meneliti jathilan, kobro, atau tarian (contoh sederhana bidang kesenian dan budaya), biasanya hanya mengambil sumber penelitian mereka dari internet (95% faktanya demikian). Ide dari Desa Sumber ini ingin mengisi kekosongan bidang itu, yakni sebagai median penyedia dan pengakomodasi keperluan penelitian (riset) pelajar tersebut secara real atau nyata, tidak hanya melalui perantara dunia maya semata.

Riset yang dilakukan oleh siswa hanya berdasar pada sumber-sumber digital, meskipun benar dan sesuai, namun bisa dikatakan tidak memiliki efek psikologis dan mentalitas bagi para pelajar itu sendiri. Sedangkan sebuah riset yang dilakukan secara real dengan mendatangi sumbernya langsung, akan menghasilkan sebuah pemahaman yang lebih dari sekedar angka dan data-data. Metode ini akan memunculkan sebuah pemahaman yang lebih baik, menumbuhkan benih kebijaksanaan bagi siswa, dan juga memberi asupan mental dan karakter yang lebih humanis dan berjiwa sosial tinggi.


Secara gamblang Desa Sumber sedang mempersiapkan hal itu untuk memperkaya potensi wisata Magelang. Kombinasi penyediaan sarana dan prasarana bagi kebutuhan penelitian pelajar, dilengkapi pula dengan pengenalan kembali akar luhur budaya Indonesia yang kompleks, dikemas dalam sebuah paket-paket wisata yang menyenangkan akan menjadi daya tarik tersendiri bagi kekayaan pariwisata Kabupaten Magelang yang gemilang.

1   Jalur Intan di Gunung Berlian

    Di Gunung Sumbing, Kabupaten Magelang memiliki rute pendakian Butuh dan rute pendakian Windu Sari. Di Gunung Andong, Magelang memiliki jalur pendakian Sawit Ngablak. Di Gunung Merbabu, rute pendakian Wekas, Suwanting dan Grenden adalah milik Magelang. Namun di Gunung Merapi, gunung dengan daya tarik dan magis yang sangat mempesona, Kabupaten Magelang mungkin dapat dibilang tidak memiliki jalur satupun, meskipun sisi barat dari gunung gagah ini ada dalam wilayah kabupaten Magelang (kecamatan Dukun).

Kegelisahan inilah yang kemudian menjadi pendorong dari anak-anak muda dari kampung Babadan, kecamatan Dukun, untuk menggulirkan sebuah ide pembukaan kembali rute purba pendakian Gunung Merapi yang sempat populer ditempat itu sebelumnya. Ide ini kemudian bergulir menjadi sebuah perencanaan dan langkah nyata dengan membentuk sebuah perkumpulan bernama Merviba (Merapi via Babadan) yang secara khusus direncanakan untuk mengoperasionalkan kembali jalur pendakian gunung Merapi melalui pintu masuk Kampung Babadan.

Merviba telah melakukan berbagai langkah konkret untuk mewujudkan cita-cita mereka. Sudah ada beberapa kali diskusi membahas hal tersebut bersama dengan TNGM (Taman Nasional Gunung Merapi), Badan Penelitian Kegunungan Apian pos Babadan, dan lain sebagainya. Sejauh ini diskusi tersebut berjalan dengan lancar dan Insya Allah akan menemui titik terang, meskipun tentu saja akan membutuhkan pengkajian yang tidak sebentar sampai ide itu terealisasi nantinya. Rute Babadan adalah rute emas pendakian Gunung Merapi. Eksotisme rute ini mengalahkan rute pendakian New Selo di Boyolali, mengalahkan keindahan rute pendakian Sapu Angin di Klaten. Akses yang gampang, rute pendakian yang sangat menantang namun aman, panorama yang luar biasa adalah kombinasi sempurna untuk membuat rute ini kemudian menjadi idola. Gagasan untuk menjadikan rute pendakian Babadan sebagai rute konservasi elang jawa juga patut menjadi perhatian. Ditengah kesan yang mungkin terasa kontras, rute Babadan mengajak dan mengkampanyekan kepada para pendaki untuk memelihara serta menjaga salah satu satwa endemik Pulau Jawa yang keberadaannya mulai berada diambang kepunahan.


Rute pendakian gunung Merapi via Babadan menyimpan begitu banyak eksotisme yang memukau. Keindahan yang ditawarkan, panorama yang disuguhkan, dan juga relief pendakian yang dipersembahkan laksana sebuah intan yang dipersiapkan untuk dinikmati oleh para petualang yang menziarahinya. Jadi dengan segala daya tarik Merapi sang raksasa, ditengah keperkasaannya yang luar biasa, Kabupaten Magelang menawarkan sebuah rute spekatakuler untuk menikmatinya melalui sebuah rute pendakian yang tak kalah megah. Dalam bahasa yang lebih puitis dan dramatis, kita mungkin dapat mengistilahkannya sebagai sebuah rute intan di gunung berlian.




oleh Anton sujarwo

GALERI FOTO

Agenda

Tidak ada acara