TUTUP NGISOR, SEBUAH PESONA KETIKA INDAHNYA ALAM DAN KEARIFAN LOKAL BERSINERGI


Created At : 2018-09-04 00:00:00 Oleh : ANASTASIA TITISARI WIDYASTUTI Artikel Dibaca : 641



Kali ini, saya akan bercerita mengenai sebuah pengalaman mengesankan saat berkunjung ke sebuah dusun yang sarat Budaya dan Panorama alamnya yang menakjubkan, sebuah tempat yang bisa menjadi alternatif untuk merelaksasi diri dan memahami arti kehidupan dan rasa syukur, Dusun Tutup Ngisor, Desa Sumber, kecamatan Dukun, Magelang, Jawa Tengah.

Perjalanan ini sebenarnya bukanlah sebuah perjalanan wisata, melainkan sebuah perjalanan dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Sosiologi Kebudayaan. Awal berangkat ke tempat ini masih terasa ogah-ogahan sebab sebagaimana yang terjadwal pada kalender akademik, mahasiswa UNS tempatku berkuliah seharusnya telah menikmati libur akhir semester, namun dikarenakan perkuliahan mundur beberapa saat, liburpun tertunda. Akhirnya, sampailah saya pada pengalaman yang cukup mahal di Dusun ini. Tutup Ngisor Secara Resmi Belumlah menjadi lokasi wisata, oleh karena itu, sebagian besar masyarakat belum mengenalnya pada skala nasional jika dibanding Borobudur, ataupun hutan pinus Kragilan.

Padepokan seni “Cipto Budoyo” adalah tempat yang kami pilih sebagai lokasi utama penelitian, melalui koordinasi yang sangat baik dan penerimaan yang sangat baik dari pemerintah serta pengurus padepokan, kami berkesempatan untuk menginap selama 3 hari 2 malam. masyarakat sekitar juga sama, masih sangat mempertahankan keramahan khas pesona indonesia, sebuah warisan yang tak boleh hilang ditengah derasnya arus globalisasi seperti saat ini.

Satu hal yang membuatku terkesan, oleh karena berada di lereng gunung merapi, dusun ini memiliki suhu yang tak seperti suhu rata-rata daerah tropis, suhu pada saat subuh bahkan menyentuh 150 Celcius. Bisa dibayangkan, saya yang berasal dari kota khatulistiwa ini menahan dingin yang luar biasa, sleeping bag dengan kaki dan tangan bersarungpun tak mampu mengusir dingin yang seperti menusuk kulit. Hal ini bertahan hingga siang, bahkan ketika matahari telah terbitpun, suhu didusun ini tak pernah menyentuh 250 Celcius. Kebetulan, salah satu teman kelas kami berasal dari Nigeria, dia bahkan harus lari-lari saat pukul 02.00 pagi hanya supaya badannya terasa sedikit hangat.


Pagi di dusun ini begitu menakjubkan, kita bisa menikmati dua suguhan pemandangan sekaligus, yaitu pesona indahnya matahari terbit disisi timur, sekaligus bersinarnya puncak sindoro-sumbing disisi barat. Bagaimana mungkin momen ini bisa dilewatkankan. Sebagai informasi, pemandangan indah puncak sindoro dan sumbing pada saat pagi hanya bisa dilihat maksimal jam 10.00-an pagi, mengapa? Karena diatas jam itu langit mulai kabut dan menutup jarak pandang ke arah merapi maupun sindoro-sumbing.


Sebaliknya, pada saat senja, pemandangan kebalikannya akan terjadi, kita akan sangat takjub dengan pemandangan puncak merapi dan merbabu yang menjingga, malah, merapi terlihat seperti gunung fuji yang tengah diselimuti salju namun terkena sinar matahari sore. Pemandangan matahari terbenam disini juga sangat menakjubkan, kita dengan mudah melihat matahari tebenam yang ditambah dengan pemandangan hamparan sawah yang begitu indahnya. Saya takjub, bahkan foto yang diabadikan dengan kamera biasa diatas jembatan Mangunsuko saja begitu terasa mempesona.



Kemudian, saya harus ceritakan tentang kearifan lokal di dusun ini, di padepokan tempat kami menginap. kami mendapatkan informasi yang sangat menarik, dimana setiap malam jumat, masyakarat dan anggota padepokan akan selalu mengadakan ritual tiap malam jumat sebagai wujud rasa syukur dan pemujaan kepada Tuhan YME atas kehidupan yang aman dan tentram di dusun, termasuk keselamatan dalam urusan pertanian. Sore sebelumnya, masyarakat akan berkumpul di rumah tokoh masyarakat dengan membawa makanan untuk didoakan terlebih dahulu yang kemudian akan dibawa kembali ke rumah. Hal ini, setidaknya mengajarkan kami untuk selalu besyukur atas apa yang Tuhan berikan lewat perantara Alam yang begitu murah hati membagikan kesejahteraanya.

Ritual bermain Gamelan juga terasa begitu sakral, hal ini karena tidak hanya sekedar bermain musik, namun didalamnya terdapat sebuah prosesi yang bertujuan untuk berhubungan langsung dengan sang Penguasa. itulah mengapa permainan gamelan ini selalu rutin dimainkan sekalipun tidak ada yang menonton. Ritual memainkan gamelan ini biasanya berlangsung mulai jam 20.00 hingga 24.00 malam. Hadir disini, kita bisa benar-benar merasakan betapa Indonesia ini sangat amat kaya dengan Segenap pesonanya, satu diantaranya adalah Pesona Budayanya.


Tak cukup-cukup rasanya kalimat untuk menceritakan pengalaman penuh kenangan ini, Pada akhirnya, saya harus menyatakan bahwa saya kagum dan takjub dengan alam dan budaya Tutup Ngisor, tak terkecuali masyarakatnya yang begitu ramah, bahkan dengan kendala bahasa jawa yang saya alami, saya dan masyarakat sekitar masih bisa berinteraksi paling tidak dengan berbalas senyuman. Saya menyebut tutup ngisor ini dengan istilah “ruang dimana Alam dan Kearifan lokal bersinergi”, tentang bagaimana masyarakat menempatkan alam sebagai mitra, bukan sebagai objek pemenuh kebutuhan semata. Disini, Kita bisa belajar memaknai hidup sekaligus menikmati betapa indahnya Ciptaan Sang Maha Kuasa.


Ada harapan besar supaya suatu saat, tempat ini benar-benar menjadi sebuah desa wisata yang maju, anpa menghilangkan kearifan lokal dan pengabaian terhadap kualitas lingkungannya, mengingat saat ini sektor pariwisata menjadi sektor pemasukan negara nomor dua setelah pajak, maka sudah saatnya kita semua bersinergi mengenalkan pesona Tutup ngisor, tanpa ada satu pihakpun yang merasa dirugikan. Magelang punya banyak pesona yang belum tersingkap, saya percaya, semakin kita mengenali negeri kita, semakin kita akan mencintainya. (AK)

 

 

 


NAMA                                                       : AAN KHOSIHAN

TEMPAT, TANGGAL LAHIR    : TEBS, 7 MARET 1992

JENIS KELAMIN                             : LAKI-LAKI

STATUS                                                  : MAHASISWA

ALAMAT                                                : gang awan 1, jalan Kabut, Jebres, Surakarta.

 

GALERI FOTO

Agenda

Tidak ada acara